Senin, 18 Oktober 2010

Ulang tahun

Seperti tahun-tahun sebelumnya, tidak ada yang layak dirayakan dihari ulang tahun ini. Bahkan bila tidak ada yang memberi selamat mungkin sampai besok pun tidak sadar kalau hari ini adalah hari ulang tahun. Pernah beberapa tahun yang lalu ketika seseorang memberi selamat barulah tersadar ternyata ulang tahun sudah terlewat tiga hari yang lalu.
Ulang tahun memang suatu hal yang tidak perlu dibesar-besarkan untuk manusia seperti saya, walau tidak terlepas ada rasa syukur karena masih diberi jatah hidup di dunia ini oleh Allah, tapi selain hal itu apa lagi yang patut dirayakan?
Ukuran suatu ulang tahun patut dirayakan adalah bila ada pencapaian-pencapaian yang berhasil diraih. Namun belum pernah dari tahun-tahun sebelumnya sampai sekarang ada suatu pencapian sesuai usia pada saat ulang tahun tersebut yang berhasil diraih. Jadi kenapa tahun ini juga harus dianggap spesial?
Tapi memang ada hal yang berbeda ditahun ini dibanding tahun sebelumnya, ibarat sedang berperang, tahun ini adalah tahun dengan persiapan yang matang, perencanaan yang serius, amunisi yang lengkap, sasaran sasaran yang jelas. Atau dapat dikatakan ini adalah total fighter for the last batle . Segala sumber daya dikerahkan untuk pencapaian-pencapaian tersebut, untuk memenangkan perang.
Tapi seperti Nazi Jerman yang menyerang Rusia pada Perang Dunia II, yaitu adanya kepercayaan diri yang tinggi karena adanya kepastian kemenangan di atas kertas dan sasarannya adalah sasaran yang mudah ditaklukan. Bahkan pada pertempuran-pertempuran awal, kemenangan  demi kemenanganlah yang terus diraih. Pada saat itu Hitler berkata dengan optimis, pasukan nazi akan berbaris dilapangan merah sebelum musim dingin.
Manusia boleh berencana Tuhan yang menentukan. Sasaran-saran yang kelihatanya sudah didepan mata untuk diraih tiba-tiba satu persatu melayang menjauh. Rasanya mungkin seperti subuah pukulan. Namun entah kenapa yang terasa bukanlah rasa sakit namun seperti mendapat pencerahan, bukan bayangan hitam atau tembok besar yang tampak didepan, melainkan jalan lurus yang terang benderang. Bukan seperti jalan yang diharapkan tapi sepertinya memang ini jalan yang dibutuhkan.
Kegagalan demi kegagalan memang masih mewarnai tahun ini, namun ada yang berbeda ditahun ini dan sepertinya sangat penting :
Ditahun ini lah sepertinya Tuhan membangunkan ku dari tidur panjang, membukakan jendela dan memperlihatkan suatu pemandangan dunia yang gambarnya tidak seperti gambar mimpi yang indah tapi kabur. Melainkan  suatu gambar yang begitu jelas dan bening walau tak begitu indah, namun itulah kenyataan dan itu bisa diterima karena rasanya begitu  menyejukan dan tulus (live is real).

Rabu, 13 Oktober 2010

NOL

NOL adalah
ketidak berartian yang berarti
kehampaan yang berisi
ketidak berdayaan yang penuh daya

dan bila NOL adalah CINTA
maka
segala hal yang tidak terdeteksi panca indra manusia dari mu lah
yang mempesona
sumber cinta bermuara

Sabtu, 09 Oktober 2010

satpam ajaib

Jam 11.00 pancoran Jakarta empat hari yang lalu. Mondar-mandir di depan pintu gerbang sebuah kantor besar dan terkenal, entah kenapa ko rasanya berat kaki melangkah memasuki pintu gerbangnya, terlalu banyak keraguan dan ketakutan merasuki pikiran dan membebani langkah kaki. Tapi kalau tidak dituntaskan hari ini ya kapan lagi, besok harus pulang ke Bandung, jangan sampai di Bandung nanti timbul penyesalan sudah jauh-jauh ke Jakarta tapi tidak dituntaskan.
Akhirnya dipaksakan juga melajukan motor masuk ke pintu gerbang kantor. Pelan-pelan motor dijalan kan sambil tengok kanan kiri cari tempat parkiran. Dan berhientilah di depan pintu gerbang kedua yang setengah tertutup. Beberapa langkah di balik pintu sedang duduk satpam memperhatikan. Belum sempat mengajukan pertanyaan ke satpam tersebut, dengan wajah sedikit sombong dan malas dia berkata “itu pintu..” , bengonglah dibuatnya, waduh.... jadi tambah grogi, masuk kesini saja sudah cukup gugup eh.. harus ketemu mahluk ini lagi, maksudnya dia ngomong apa sih? Sekali lagi satpam itu melontarkan kata-kata yang sama “itu pintu..”, ko jadi kaya di kelas taman kanak-kanak sih? itu pintu... itu pintu...itu pintu... shittttt.... Melihat lawan bicaranya kelihatan tambah keder (mungkin dia sengajain) mulai tercelotehlah kata-kata yang lain, “wah kayanya baru kesini ni” katanya dengan suara aga pelan tapi nadanya aga mengejek, “jangan parkir di depan pintu” tambahnya lagi. Busyet ni satpam, sapa pula yang mao parkir di depan pintu masuk, jelas-jelas motor belom dimatikan, standar belum diturunkan, hellem masih dipake, dasar pelawak (yang ini ngomongnya dalam hati) , “ya pak, saya juga bingung sedang nyari tempat parkiran”, kata saya dengan berusaha bicara agak sopan, “dibelang sana” kata dia sambil menunjukan arah di pojokan belakang kantor. Pelan-pelan motor dijalankan memasuki pintu gerbang dan saat di depan dia bernenti sebentar dan bertanya “ kalau tempat bagian penerimaan proposal di mana ya pak”? , entah kenapa setelah bilang mau mengantar proposal ekspriei dia jadi sedikit berubah (sedikit) nada bicaranya juga jadi tidak terlalu cuek. Lalu diapun menjawab dengan cara selayaknya seorang satpam (yang tadi sama sekali tidak layak ) “oo mau mengantarkan proposal”, kata nya ,”kalau mau nganterin proposal parkir saja di sebelah sana” katanya sambil menunjukan tempat yang sama. Setelah motor diparkirkan berjalanlah ke arah satpam itu dan bertanya “kalau ruang tempat penerimaan proposal di sebelah mana ya pak?” kataku agak sopan “di situ yang ruangan pintunya dari kaca” katanya “ dorong saja pintu kacanya” tambah dia lagi.
Tipikal satpam tradisional Jakarta 

Kamis, 07 Oktober 2010

istana fatamorgana

dahulu kala
ketika aku masih sangat muda
kulihat nun jauh di sana
cahaya megah dari pintu sebuah istana

terlihat pintunya lebar terbuka
terpampang gemerlap indah pesta pora
dan sejuta lambaian mesra
memanggilku bergabung bersama

berbeloklah langkah kaki
kuyakin dengan sepenuh hati
wahai istana yang menanti
aral merintangpun kusebrangi

bertahunpun berlalu
sampailah ketempat yang ku tuju
ku hela nafas dan berdiri termanggu lesu
di depan pintu istana yang tertutup dan terbelenggu kaku

melepas raga

tubuh ini
bagai asap
masuk ke lubang tanah
terserap

mengecil dan memanjang
seperti sumpit
melewati dinding bumi
yang menertawakan
tak berkehabisan

sesak...
sesak...
sesak...

kematian tanpa arti
terbayang menanti

Rabu, 06 Oktober 2010

membunuh mu

aku punya hantu yang bernama
malu
frustasi
putus asa
amarah
penyesalan
ketakutan
kesombongan

mereka menghasut
untuk membunuhmu

dirimu sahabatku
dirimu adalah baju emasku
baju yang ternyata selama ini
memperlambat langkah kakiku

mungkin aku
tidak akan membunuhmu

karena aku punya hantu lain
yang bernama
keraguan

Minggu, 03 Oktober 2010

Jakarta minggu sore

...menjelang maghrib hujan tak reda... sepenggal lagu Iwan Fals sore tugu pancoran sesuai suasana saat ini. Hujan dan angin, hanya itu yang terlihat dari jendela depan mobil yang ruanganya terasa makin dingin walau AC sudah diset minimum. 


Seharusnya saat menjelang maghrib ini sudah sampai di Pondok Indah bukanya masih di jalan, kalau saja tadi ambil jalur tol. Sayang nya rambu jalan tol yang dicari tidak ditemukan, akibatnya tersasarlah sampai ke lenteng agung dan terjebaklah di sana hampir satu jam.
Dekat perempatan lebak bulus hujan malah makin menggila ditambah jalan mobil yang merayap. Dalam kebengongan yang menjemukan mengalir beberapa bait puisi di kepala:

wahai jakarta
mengapa hujan turun tiap hari
apa engkau sedang mengusir kami
para pendatang yang tak tahu diri



Begitulah jakarta usai lebaran, selalu dibanjiri pendatang pencari rezeki, sampai pemkot sibuk gelar operasi yustisi. Bahkan vokalis Band Geisha dikabarkan terjaring pula.
Akhirnya tepat maghrib sampailah di rumah adik. Mungkin karena sepanjang jalan radio mobil ditune ke gen FM yang memutar lagu-lagu melow Indonesia, entah kenapa sampai di kamar tuts keyboard piano yang langsung di tuju. Tang ting tong pencet-pencet beberapa menit jadilah lagu Wahai Malam.

Sabtu, 02 Oktober 2010

Penyair

penyair selalu bahagia
karena memiliki media
mengabadikan semua
rasa suka maupun duka
dalam sebuah karya
sebelum sempat berputus asa